Biografi SOCRATES beserta Pemikiran dan Aliran Filsafat Hukum
Socrates hidup dari tahun 470 SM hingga 399
SM. Ia dilahirkan di Athena. Ayahnya adalah seorang pemahat bernama
Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya
meninggal dunia, Socrates manggantikan ayahnya sebagai pemahat. Hingga akhirnya
ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai
oleh seorang penduduk Athena yang kaya.[1]
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum
sofis. Walaupun begitu, dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para
sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilaiobjektif yang harus
diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Socrates merupakan contoh
istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani, berkepribadian yang sabar,
rendah hati, baik dan adil yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Badannya tidak
gagah sebagai biasanya sebagai penduduk Athena. Meskipun dia orang yang
berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang
baik-baik dan pandai. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal akan kejudesannya
(galak dan keras). Cara penyampaian ilmu atau filsafatnyacdilakukan secara
tanya jawab, sehinggacmemperoleh banyak simpati.
Masa-masa buruknya hubungan Athena dan
Sparta terjadi antara tahun 421 dan 416 SM. Salah seorang murid Socrates
menyebabkan Athena kalah di Syracuse 413 SM. Kubu Socrates semakin kuat, orang
sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif
semakin ditinggalkan, semakin tidak laku, orang sofis kalap, lalu menuduh
Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan-Tuhan, hal ini terjadi pada
tahun 399 SM. Walaupun demikian, Kierkegaard yang merupakan Bapak
Eksistensialisme Modren mengagumi Socrates bahkan filsafat Socrates dijadikan
model filsafatnya. Karena socrates secara konstan menentang orang-orang sofis
pada zaman itu.
Untuk pembuktian hal itu Socrates
diadili oleh pengadilan Athena. Plato menulis sebuah pidato berjudul Apologia
untuk membela Socrates. Dan mengisahkan
adanya tuduhan bahwa socrates tidak hanya menentang agama yang diakui
oleh Negara, dan mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Melethus seorang pendakwa
juga mengatakan bahwa Socrates tidak bertuhan menambahkan bahwa Socrates mengatakan
matahari adalah batu dan bulan adalah tanah. Sehingga, Socrates dinyatakan bersalah
dan dituntut hukuman mati dengan mayoritas 60
suara, 280 melawan 220 (281melawan 220 menurut Hassan, 1973:74 dan 200 melawan
220 menurut Ahmad Syadali, 1997:67).[2]
Selama socrates di dalam penjara iamasih dapat berbicara dengan sahabatnya.
Kriton ialah sahabat socrates yang mengusulkan Socrates melarikan
diri, tetapi Socrates menolak.
Dan pada waktu senja
dengan tenang Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya.
Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena
kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Plato membuat
pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para
muridnya padahari terakhir hidupnya, dan melukiskan Socrates pada suatu senja
dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya.[3]
Dalam pemikiran Socrates, jiwa manusia
adalah karena inti sari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang
bertanggungjawab. Oleh karena itulah manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya
(eaudaimonia, memiliki jiwa yang baik), lebih dari kebahagiaan lahiriah seperti
kesehatan dan kekayaan. Jadi, hidup saja tidak cukup, tetapi hidup yang baik
adalah bagi jiwa. Jika tujuan hidup baginya adalah bagaimana orang dapat
mencapai kebahagiaan[4]. Alur
pemikiran Socrates dapat digambarkan sebagai berikut:
·
Tujuan hidup manusia adalah memperoleh
kebahagiaan (eaudaemonia)
·
Kebahagiaan dapat diperoleh dengan
keutamaan (arate)
·
Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate
kita itu, harus kita ketahui dengan pengetahuan (episteme)
·
Jadi keutumaan (arate) adalah
pengetahuan (episteme)
Jika
dianalisis, alur pemikirian Socrates lebih cenderung ke aliran
interessenjurisprudence. Bisa dilihat dari pemikiran Socrates bahwa manusia
disini memiliki tujuan untuk hidup bahagia. Kebahagiaan menurut Socrates adalah
sesuatu kepentingan yang harus didapatkan.
[1] Fahryansah, 2014, Antisofisme Socrates, Al ‘Ulum Vol.61
No.3. hlm. 24.
[2] Ibid, hlm. 25.
[3] Ibid.
[4] Socrates, B. P. P. P. Socrates
Dan Pemikirannya (470–399 SM). UDINUS.ac.id.
No comments:
Post a Comment