Monday, December 10, 2018

Biografi SOCRATES beserta Pemikiran dan Aliran Filsafat Hukum

Biografi SOCRATES beserta Pemikiran dan Aliran Filsafat Hukum
Socrates hidup dari tahun 470 SM hingga 399 SM. Ia dilahirkan di Athena. Ayahnya adalah seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikan ayahnya sebagai pemahat. Hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.[1]
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Walaupun begitu, dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilaiobjektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani, berkepribadian yang sabar, rendah hati, baik dan adil yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Badannya tidak gagah sebagai biasanya sebagai penduduk Athena. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal akan kejudesannya (galak dan keras). Cara penyampaian ilmu atau filsafatnyacdilakukan secara tanya jawab, sehinggacmemperoleh banyak simpati.
Masa-masa buruknya hubungan Athena dan Sparta terjadi antara tahun 421 dan 416 SM. Salah seorang murid Socrates menyebabkan Athena kalah di Syracuse 413 SM. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan, semakin tidak laku, orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan-Tuhan, hal ini terjadi pada tahun 399 SM. Walaupun demikian, Kierkegaard yang merupakan Bapak Eksistensialisme Modren mengagumi Socrates bahkan filsafat Socrates dijadikan model filsafatnya. Karena socrates secara konstan menentang orang-orang sofis pada zaman itu.
Untuk pembuktian hal itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena. Plato menulis sebuah pidato berjudul Apologia untuk membela Socrates. Dan mengisahkan  adanya tuduhan bahwa socrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, dan mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Melethus seorang pendakwa juga mengatakan bahwa Socrates tidak bertuhan menambahkan bahwa Socrates mengatakan matahari adalah batu dan bulan adalah tanah. Sehingga, Socrates dinyatakan bersalah dan dituntut hukuman mati dengan mayoritas 60  suara, 280 melawan 220 (281melawan 220 menurut Hassan, 1973:74 dan 200 melawan 220 menurut Ahmad Syadali, 1997:67).[2] Selama socrates di dalam penjara iamasih dapat berbicara dengan sahabatnya. Kriton ialah sahabat socrates yang mengusulkan Socrates  melarikan  diri, tetapi  Socrates menolak. Dan  pada waktu  senja  dengan tenang Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Plato membuat pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para muridnya padahari terakhir hidupnya, dan melukiskan Socrates pada suatu senja dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya.[3]
Dalam pemikiran Socrates, jiwa manusia adalah karena inti sari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang bertanggungjawab. Oleh karena itulah manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya (eaudaimonia, memiliki jiwa yang baik), lebih dari kebahagiaan lahiriah seperti kesehatan dan kekayaan. Jadi, hidup saja tidak cukup, tetapi hidup yang baik adalah bagi jiwa. Jika tujuan hidup baginya adalah bagaimana orang dapat mencapai kebahagiaan[4]. Alur pemikiran Socrates dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Tujuan hidup manusia adalah memperoleh kebahagiaan (eaudaemonia)
·         Kebahagiaan dapat diperoleh dengan keutamaan (arate)
·         Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus kita ketahui dengan pengetahuan (episteme)
·         Jadi keutumaan (arate) adalah pengetahuan (episteme)
Jika dianalisis, alur pemikirian Socrates lebih cenderung ke aliran interessenjurisprudence. Bisa dilihat dari pemikiran Socrates bahwa manusia disini memiliki tujuan untuk hidup bahagia. Kebahagiaan menurut Socrates adalah sesuatu kepentingan yang harus didapatkan.



[1] Fahryansah, 2014, Antisofisme Socrates, Al ‘Ulum Vol.61 No.3. hlm. 24.
[2] Ibid, hlm. 25.
[3] Ibid.
[4] Socrates, B. P. P. P. Socrates Dan Pemikirannya (470–399 SM). UDINUS.ac.id.

No comments:

Post a Comment