Wednesday, March 20, 2019

BIOGRAFI Rene Descartes BESERTA PEMIKIRAN DAN ALIRAN FILSAFAT HUKUM

Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596 di La Haye Totiraine, sebuah daerah kecil di Prancis Tengah. Ia adalah anak ketiga dari seorang ketua parlemen Inggris. Pada tahun 1597, ketika berusia satu tahun, ibunya meninggal. Peristiwa itu sangat membekas pada dirinya dan berakibat timbulnya sifat selalu khawatir di kemudian hari. 
Dia sekolah di Universitas Jesuites di La Fleche dari tahun 1604-1612 M, yang tampaknya telah memberikannya dasar-dasar matematika modern, jauh lebih baik daripada yang bisa diperolehnya di kebanyakan universitas pada saat itu. Pada tahun 1612, dia pergi ke Paris. Namun, kehidupan di sana membuatnya bosan, dan kemudian dia mengasingkan diri di daerah terpencil di Fauborg St. Germain untuk menekuni Geometri. Namun demikian, teman-temannya menemukannya, maka untuk lebih menyembunyikan diri, dia mendaftar sebagai tentara Belanda pada tahun 1617.[1]



Tahun 1621, Descartes berhenti dari medan perang dan setelah berkelana ke Italia, lalu ia menetap di Paris (1625). Tiga tahun kemudian, ia kembali masuk tentara, tetapi tidak lama ia keluar lagi dan akhirnya memutuskan untuk hidup di negeri Belanda. Di sinilah, ia menetap selama 20 tahun (1629-1649) dalam iklim kebebasan berpikir. Di negeri inilah, ia dengan leluasa menyusun karya-karyanya di bidang ilmu dan filsafat. Meskipun Descartes tidak pernah menikah, tetapi dia mempunyai seorang anak perempuan kandung yang meninggal pada usia lima tahun, peristiwa ini menurutnya merupakan satu kesedihan paling dalam selama hidupnya.[2]
Descartes menghabiskan masa hidupnya di Swedia tatkala ia memenuhi undangan Ratu Christine yang menginginkan pelajaranpelajaran darinya. Pelajaran-pelajaran yang diharuskan diajarkan setiap jam lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit, yang menjemput ajalnya pada 11 Februari 1650 di usia 54 tahun, sebelum ia sempat menikah. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Prancis pada 1667, dan tengkoraknya disimpan di Museum d’Historie Naturelle, Paris.[3]
Dalam pemikiran Descartes yaitu Cogito Ergo Sum yang berarti aku berfikir maka aku ada, beliau menggunakan metode analistis kristis melalui keraguan (skeptis) dengan penyangsian. Yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang bisa diragukan. Descartes sendiri menyebutnya metode analitis. Descartes juga menegaskan metode lain: empirisme rasionil. Metode itu mengintregasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometris, dan aljabar. Yang di maksud analisa geometris adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin ilmu yang dikumpulkan dalam nama “ilmu pasti”.
Mengenai pendekatan yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut paham rasionalisme yang sangat mengedepankan akal. Dapat dipahami bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya menggunakan metode analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan pendekatan filsafat yang rasional.
Jika dianalisis, pemikiran Descartes lebih cenderung ke hukum kodrat karena pemikiran Descartes selalu berdasarkan rasionalisme akal. Dan dia memiliki pemikiran bahwa “Cogito Ergo Sum” dengan adanya pernyataan tersebut sudah sangat jelas bahwa pemikiran Descartes lebih ke hukum kodrat.



[1] Bertrand Russell, 2007, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 733.
[2] Ibid. Hlm. 735
[3] Zubaedi dkk, 2007, Filsafat Barat; Dari Logika Baru Rene Descartes Hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn, Yogyakarta, Ar Ruzz Media, hlm. 18.


No comments:

Post a Comment