Thomas
Hobbes lahir di Malmesburry, London pada tanggal 15 April 1588. Pada tahun
1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14 tahun. Menurut
kesaksian pribadi Hobbes, ia
tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles. Ia lebih
suka membaca mengenai
eksplorasi terhadap penemuan
tanah-tanah baru serta mempelajari
petapeta bumi dan bintang-bintang.
Karena itulah, astronomi adalah bidang sains yang mendapat
perhatian dari Hobbes,
dan terus digeluti
oleh Hobbes. Kemudian pada
masa kemudian, Hobbes juga menyesali
karena ia tidak mempelajari matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.[1]
Francis Bacon yang merupakan seorang filsuf
empirisme terkenal selain
Hobbes. Hobbes pernah menjadi sekretaris dari Bacon. Setelah menempuh pendidikan, Hobbes
mendapat pekerjaan sebagai pengajar
bangsawan, yakni keluarga
Cavendish. Murid Hobbes
adalah William Cavendish yang
merupakan pewaris keluarga
tersebut. Selain sebagai guru,
Hobbes juga berperan sebagai
sekretaris, teman, dan bendahara dari William Cavendish.
Pada
tahun 1614-1615, Hobbes dan William
melakukan perjalanan ke Perancis dan Italia,
di mana keduanya mempelajari
bahasa Italia. Sepulangnya ke Inggris pada tahun 1616, Cavendish berhubungan dengan
Francis Bacon dan Hobbes sempat
melakukan beberapa pekerjaan sekretariat
untuk Bacon. Bersama dengan William,
Hobbes berkenalan dengan
dunia politik, baik dalam pemikiran maupun praktik. William pada
tahun 1614 dan 1621 merupakan anggota parlemen sehingga Hobbes dipastikan turut
serta dalam sidang-sidang parlemen.
Periode 1630-an
adalah tahun-tahun penting
di dalam perkembangan intelektual Hobbes. Di
periode inilah perhatian
Hobbes terhadap sains,
khususnya optic mulai berkembang. Selain itu, pemikiran
filsafat politik Hobbes juga mulai berkembang, sebagaimana terlihat dari buku
“Elemen-elemen Hukum” yang dikeluarkannya pada akhir decade 1630-an.
Setelah
Hobbes kembali ke Inggris pada bulan Oktober 1636, ia banyak menggunakan waktunya
untuk karya-karya filsafat. Salah satu karya sains-filsafat Hobbes yang paling
awal adalah sebuah manuskrip tentang optic yang berjudul “Latin Optical MS”
(1640). Hobbes juga menulis manuskrip lain tentang metafisika dan epistimologi.
Pekerjaan Hobbes dalam bidang sains dan metafisika terhenti pada akhir tahun
decade 1630-an karena situasi politik.
Pada tahun
1637, kekuasaan absolute Raja
Charles I mulai dipersoalkan.
Hobbes memperlihatkan dukungan kepada raja dengan mendedikasikan buku
“Elemen-elemen Hukum” untuk menjawab persoalan kekuasaan absolute. Kedua karya Hobbes yang berikutnya “De Cive”
dan “Leviathan”, mengembangkan lebih lanjut pemikiran dalam buku tersebut,
meskipun esensi ketiganya sama. Dia meninggal pada 4 Desember 1679 di Hardwick
Hall, Derbyshire.[2]
Thomas
Hobbes memiliki pemikiran bahwa negara merupakan sumber hukum tunggal, namun ia
tetap mengindahkan norma-norma hukum alam. Hukum alam menurut Hobbes merupakan
tatanan yang terdiri dari aturan-aturan bijak, harus menjadi panduan bagi
negara dalam mengeluarkan perintah berupa hukum positif.
Bagi
Hobbes menghadapi individu yang bernaluri srigala, tidak perlu menggunakan
cara-cara licik dan tangan besi. Cukuplah dengan perintah-perintah hukum yang
tegas dan fair, serta ditegakkan secara nyata, maka akan tercipta keamanan dan
kedamaian dalam hidup bersama.
Negara,
menurut Hobbes, butuh kekuasaan yang cukup besar untuk menegakkan hukum secara
efektif. Tanpa kekuasaan yang efektif untuk menegakkan hukum, maka tiap
individu akan kembali pada naluri aslinya, yang menjadi srigala bagi yang lain.
Tanpa kekuasaan penguasa yang cukup kuat, maka hukum tidak berarti apa-apa.
Dimana tidak ada kekuasaan disitu maka tidak ada hukum. Dan dimana tidak ada
hukum, disitu tidak ada keadilaan. Berikut kata Hobbes.[3]
Jika
di analisis aliran dalam pemikiran Hobbes lebih masuk ke dalam aliran legal
positivism karena pernyataan hobbes yang mengakui posisi negara sebagai hukum
tunggal. Dan pengerian legal positivism merupakan hukum adalah kenyataan
yuridis semata-mata dihasilkan oleh otoritas negara, serta tidak memiliki
asosiasi mutlak dengan nilai-nilai moral.
[1] Dewi Puspitasari, 2012, Dasar-Dasar Filsafat Riwayat Dan Pemikiran
Thomas Hobbes, Makalah. Universitas Negeri Surakarta, hlm. 1.
[2] Tom Sorell, 2018, Thomas Hobbes, Encyclopædia Britannica,
inc.
[3] Indah Sri Utari, 2017, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Sarnu
Untung, Jawa Tengah, hlm. 17 dan 23.
No comments:
Post a Comment